Kamis, 09 Oktober 2008

HAKIKAT MANUSIA

Harus dibicarakan lebih dahulu tentang siapa manusia itu sebenarnya. Itu berarti kita harus berbicara tentang hakikat manusia. Pendidikan yang baik harus didisain sesuai dengan pengertian kita tentang hakikat manusia. Apa hakikat manusia?
Penjelasan yang terbaik tentang hakikat manusia ialah penjelasan dari pencipta manusia itu. Penjelasan oleh rasio manusia akan mempunyai kelemahan karena akal itu terbatas kemampuannya. Bukti terbaik tentang keterbatasan akal ialah akal itu tidak mengetahui apa akal itu sebenarnya.
Berikut dijelaskan hakikat manusia menurut al-Qur`an. Al-Qur`an adalah kitab yang dipercayai memuat firman Tuhan dan masih asli.
Menurut al-Qur`an manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan. Jadi, manusia itu berasal dan datang dari Tuhan. Bila ada argumen yang kuat untuk membuktikan bahwa manusia bukan ciptaan Tuhan dan argumen itu lebih kuat ketimbang argumen yang membuktikan bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan, maka yang akan kita ambil ialah pndapat yang mengatakan bahwa manusia bukan ciptaan Tuhan. Dan bila itu yang diambil maka harus juga dijelaskan bagaimana cara munculnya manusia itu.
Al-Qur`an menyatakan bahwa manusia itu mempunyai unsur jasmani (material) dan itu sungguh-sungguh. Itu dijelaskan dalam al-Qur`an antara lain dalam surat al-Qashash ayat 77. Di dalam surat al-A’raf ayat 31 Tuhan mengatakan bahwa makan dan minum bagi manusia adalah suatu keharusan. Ini suatu indikasi bahwa manusia itu memiliki unsur jasmani. Al-Syaibani (1979:131-132) mengutip tiga buah hadis nabi Muhammad saw yang menerangkan bahwa manusia itu mempunyai aspek jasmani. Tidak ada pendapat di kalangan ulama muslim yang meremehkan fungsi jasmani. Pengakuan pentingnya fungsi jasmani dalam Islam terlihat juga di dalam al-Qur`an surat al-Baqarah ayat 57, 60, 168; begitu juga di dalam surat al-A’raf ayat 31-32.
Akal adalah salah satu aspek penting dalam hakikat manusia. Ini dijelaskan dalam banyak tempat di dalam al-Qur`an. Harun Nasution (1982:39-48) menjelaskan bahwa ada tujuh kata yang digunakan al-Qur`an untuk mewakili konsep akal. Pertama kata nazara, seperti di dalam surat Qaaf ayat 6-7, surat al-Thaariq ayat 5-7, al-Ghasiyah 17-20. Kedua kata tadabbara, seperti dalam surat Shaad ayat 29, surat Muhammad ayat 24. Ketiga kata tafakkara, seperti di dalam surat al-Nahl ayat 68-69, al-Jatsiyah ayat 12-13. Keempat kata faqiha, kelima kata tadzakkara, keenam kata fahima, dan ketujuh kata ‘aqala.
Kata-kata itu semua menunjukkan bahwa al-Qur`an mengakui bahwa akal adalah aspek penting dalam hakikat manusia. Akal adalah alat untuk berpikir. Jadi, dengan demikian, salah satu hakikat manusia ialah ia ingin, ia mampu, dan ia melakukan berpikir.
Abdul Fattah Jalal (1988:57-58) menjelaskan bahwa kata ‘aqala di dalam al-Qur`an kebanyakan digunakan dalam bentuk fi’l (kata kerja), hanya sedikit dalam bentuk ism (kata benda); itu menunjukkan bahwa pada akal yang penting ialah berpikir bukan akal sebagai otak berupa benda. Menurut Jalal juga (1988:58), kata ‘aqala menghasilkan kata ‘aqaluhu, ta’qiluna, na’qilu, ya’qiluha, dan ya’qiluna, dimuat di dalam al-Qur`an pada 49 tempat. Kata al-albaab (jamak dari al-lubb) juga berarti akal, terdapat di dalam al-Qur`an pada 16 tempat. Tambahan dari Jalal itu memperjelas pemahaman kita bahwa akal atau berpikir adalah salah satu unsur manusia yang hakiki.
Aspek lainnya ialah ruh atau ruhani. Penjelasan al-Qur`an tentang aspek ini terdapat di dalam al-Qur`an antara lain dalam surat al-Hijr ayat 29: Tatkala Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan meniupkan ke dalamnya ruhKu, maka sujudlah kalian kepadanya. Ayat yang sama terdapat di dalam surat Shaad ayat 72. Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa manusia memiliki ruh.
Al-Syaibani (1979:130) menyatakan bahwa manusia memiliki tiga potensi yang sama pentingnya jaitu jasmani, akal, dam ruh. Muhammad Quthb (1988:31) menyatakan bahwa eksistensi manusia ialah jasmani, akal, dan ruh; ketiganya menyusun manusia menjadi satu kesatuan.
Apa hakikat jasmani itu? Jelas. Apa hakikat akal itu? Sebagiannya kita ketahui, sebagian lainnya tidak. Jadi, mengenai hakikat akal kurang jelas. Apa hakikat ruh atau ruhani itu? Ini tidak jelas sama sekali. Tuhan mengatakan di dalam surat al-Israa` ayat 85 bahwa pengetahuan manusia tidak mencukupi untuk mengetahui hakikat ruh.
Abdul Fattah Jalal mencoba membedakan antara ruh dan qalb; menurutnya dua potensi itu tidak sama, tetapi ia tidak menjelaskan perbedaannya dan tidak pula mendefinisikannya. Menurutnya (1988:62-64), kata al-qalb dan al-quluub tertulis 132 kali di dalam al-Qur`an, di samping itu ada juga kata al-fu`ad yang secara bahasa berarti al-qalb juga; selain itu al-Qur`an juga menggunakan kata al-shadr dan shuduur yang berarti dada tetapi menunjuk pengertian al-qalb.
Pengkajian tentang hakikat manusia menyimpulkan bahwa unsur ruh atau ruhani, yang memiliki nama antara lain al-qalb tadi, ternyata amat penting. Al-Qalb, yang di sini diartikan ruhani, adalah tempat bersemayamnya iman. Iman itu tidak bersemayan di jasmani, tidak juga di akal, ia di al-qalb.
Iman itu di dalam al-qalb atau ruhani. Ini disebutkan di dalam al-Qur`an surat al-Ma`idah ayat 41. Surat al-Hujaraat ayat 14 lebih tegas lagi menerangkan hal itu: Orang-orang Arab Baduwi itu berkata, kami telah beriman; katakan kepada mereka bahwa mereka belum beriman, mereka mestinya mengatakan kami telah tunduk, karena iman belum masuk ke dalam qalb mereka.
Ayat ini menjelaskan bahwa iman itu tempatnya di al-qalb. Kita menerjemahkan al-qalb dengan kalbu. Menurut al-Qurthubi (Jalal:1988:63) kata al-quluub dibaca rafa’ (al-qulubu) karena berfungsi sebagai subyek (fa’il) dan takwa diidlafatkan (disandarkan) kepada kata al-quluub karena takwa itu ada di dalam hati. Nabi Muhammad saw berkata Takwa itu ada di sini, sambil ia menunjuk ke arah dadanya.
Abdul Fattah Jalal tidak menjelaskan apa hakikat ruh itu. Ia juga mengutip al-Qur`an surat al-Israa` ayat 85 yang mengatakan bahwa manusia tidak akan dapat memahami hakikat ruh. Ia hanya mengomentari bahwa ruh itu ditiupkan ke dalam segumpal tanah liat lantas Adam itu hidup, ruh itu ditiupkan ke alam janin lantas janin itu hidup.

Tidak ada komentar: