Rabu, 16 Juli 2008

PEMBINAAN KALBU INTI SEMUA PENDIDIKAN

Oleh: Ahmad Tafsir


Banyak orang berbicara tentang kekurangan pendidikan kita. Kata mereka, pendidikan kita kurang berhasil karena tidak mampu menghasilkan lulusan siap pakai. Pendidikan kita tidak sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja. Mungkin ada orang beranggapan inilah masalah paling besar dalam pendidikan kita.
Cara berpikir seperti ini adalah cara berpikir pragmatis. Dalam hal ini pendidikan yang benar ialah pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan yang langsung dapat bekerja. Dari sini orang akan menyimpulkan bila lulusan yang dihasilkan tidak sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja yang tersedia maka pendidikan itu tidak benar alias gagal. Apakah memang demikian?
Apa benar pendidikan gagal karena tidak mampu menghasilkan lulusan siap pakai, sehingga tidak siap pakai ini dianggap sebagai masalah besar? Apakah tidak terlihat bahwa lulusan pendidikan kita juga sanggup berbohong, sanggup merampas hak orang lain, tega korupsi, ingin benar sendiri, kurang mampu menghargai pendapat orang lain, kurang peka terhadap orang kecil? Apakah ini bukan kegagalan yang lebih besar? Apakah ini bukan merupakan masalah yang lebih besar? Mengapa pendidikan masih menghasilkan lulusan suka perang, tega membunuh sesama manusia, berani merampok, menjarah, sanggup memperkosa? Ya, mengapa? Bukankah ini merupakan masalah yang lebih besar dalam pendidikan? Jauh lebih besar dari pada sekedar tidak siap pakai?
Pada masa permulaan sejarah, yaitu pada zaman Yunani Lama pendidikan diadakan memang bukan untuk menyiapkan tenaga kerja. Pendidikan diadakan dengan tujuan untuk lebih memanusiakan manusia, agar derajat manusia menjadi lebih tinggi, sekurang-kurangnya lebih tinggi dari pada binatang. Hal ini didasarkan pada pengalaman sejarah. Bila manusia tidak dididik ia dapat saja berkembang menjadi makhluk yang lebih jahat dari pada binatang. Kita harus benar-benar waspada, bila pendidikan memberikan kesehatan dan kekuatan jasmani, kecerdasan, kepintaran, pengetahuan, keterampilan saja, maka pendidikan itu dapat menghasilkan binatang sehat, kuat, cerdas, pintar, berpengetahuan, berketerampilan. Ini lebih berbahaya ketimbang binatang yang benar-benar binatang. Penjahat cerdas dan terampil lebih jahat dari pada penjahat bodoh dan tidak terampil. Kita menginginkan manusia yang berkemanusiaan tinggi, cerdas, berpengetahuan, terampil. Tetapi tetap saja yang paling utama ialah manusia yang berkemanusiaan. Untuk itu kita harus mengetahui apanya pada manusia itu yang paling utama harus dididik. Kita harus tahu lebih dahulu hakikat manusia.
Manusia adalah makhluk Allah, karena itu hanya Allah lah yang mengetahui hakikat manusia. Di dalam al-Qur`an surat al-An’am ayat 2 dikatakan Allah menciptakan kamu dari tanah, ... namun kemudian kalian ragu. Di dalam surat al-Mukminun ayat 12-14 dikatakan sebagai berikut: Kami ciptakan manusia dari intisari tanah, kemudian Kami jadikan ia mani yang tersimpan dalam wadah kokoh, kemudian Kami jadikan mani itu segumpal darah, lalu Kami ciptakan darah itu menjadi segumpal daging dan gumpalan daging itu Kami ciptakan menjadi tulang, lantas tulang itu Kami balut dengan daging, kemudian Kami jadikan ia menjadi makhluk yang lain. Maha suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik.
Berdasarkan ayat-ayat al-Qur`an di atas itu tahulah kita bahwa manusia itu dicipta oleh Allah; bahan manusia adalah materi yaitu tanah; manusia tidak dicipta sekaligus melainkan melalui tahap-tahap. Kemudian dijelaskan proses selanjutnya sebagai berikut: Yang telah menciptakan makhlukNya sebaik-baiknya, Ia mulai menciptakan manusia dari tanah, kemudian Ia ciptakan keturunannya dari mani yang hina, kemudian Ia sempurnakan bentuknya dan Ia hembuskan ke dalam janin itu ruhNya dan Ia jadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, tetapi sedikit sekali di antara kalian yang bersyukur (al-Sajadah:7-9).
Sampai di sini kita telah mengetahui bahwa manusia itu terdiri atas dua unsur yaitu unsur materi yang berasal dari tanah atau sari tanah dan unsur ruh yang immateri yang yang ditiupkan Allah. Pengertian inilah yang dibakukan dalam bahasa Indonesia bahwa manusia itu terdiri dari jasmani dan ruhani. Kelengkapan manusia ialah bila kedua unsur itu telah menyatu secara harmonis.
Di dalam al-Qur`an terdapat petunjuk yang menyatakan bahwa manusia itu memiliki dua daya yaitu daya berpikir yang berpusat di kepala dan daya merasa yang berpusat di dada.
Banyak ayat al-Qur`an yang menjelaskan adanya daya pikir, antara lain dalam surat al-Baqarah ayat 164 berikut: Sungguh pada kejadian langit dan bumi, pada pergantian malam dan siang, pada kapal yang berlayar di lautan yang membawa manfaat bagi manusia, pada air yang diturunkan dari langit dan dengan itu Ia hidupkan bumi sesudah matinya, pada binatang yang Ia sebarkan di atasnya, dan pada perkisaran angin dan awan yang terkendali antara langit dan bumi, pada semua itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang menggunakan akal.
Tanda-tanda itu mesti dipikirkan dan pemikiran itu terjadi melalui akal yang berpusat di kepala.
Ayat berikut adalah sebagian dari ayat al-Qur`an yang menjelaskan adanya rasa yang terdapat di dalam dada: Sungguh al-Qur`an diturunkan oleh Tuhan alam semesta, dibawa turun oleh ruh suci ke dalam hatimu, agar kamu memberikan peringatan (al-Syu’ara: 192-94). Tetapi Allah menjadikan kamu cinta pada iman dan menjadikannya indah dalam hatimu (al-Hujarat:7). Sungguh, bukanlah mata yang buta melainkan hati yang ada di dalam dada (al-Hajj:46).
Berdasarkan ayat-ayat yang dikutip terjemahnya di atas jelaslah bahwa manusia tersusun atas unsur jasmani dan ruhani, ruhani itu tersusun dari akal dan hati atau rasa. Jadi, ada tiga unsur manusia yaitu jasmani, akal, dan rasa.
Kekuatan yang membangun manusia ialah kekuatan jasmani, kekuatan akal atau pikir dan kekuatan rasa. Inilah hakikat manusia menurut Allah.
Daya jasmani, bila dididik dengan benar akan menghasilkan jasmani yang sehat serta kuat; akal bila dididik dengan benar akan menghasilkan akal yang cerdas serta pandai; rasa atau hati yang dididik dengan benar akan menghasilkan nurani yang tajam. Perkembangan hamonis ketiga unsur ini akan menghasilkan manusia yang utuh (kaffah).
Dalam kajian lebih lanjut ditemukan bahwa antara ketiga unsur itu ternyata unsur hati atau rasa atau kalbu itulah yang merupakan unsur terpenting pada mansusia. Ini diketahui antara lain dari salah satu sabda rasul saw yang mengatakan bahwa di dalam diri manusia itu ada segumpal daging, bila daging itu baik maka baiklah keseluruhan manusia itu dan bila daging itu jahat maka jahatlah keseluruhan manusia itu, daging itu ialah hati.
Hadis di atas mengandung pengertian bahwa hati yang dimakud di sini ialah kalbu, tempat atau pusat rasa yang ada pada manusia dan merupakan pusat kendali manusia. Jadi, bila kita bertanya apa hakikat manusia maka jawabnya adalah hatinya. Hati itulah pengendali manusia. Dari sini dapat pula kita mengetahui bahwa tujuan utama pendidikan seharusnya adalah membina manusia secara seimbang antara jasmani, akal dan kalbunya; kalbu haruslah diutamakan.
Sekarang mari kita melihat pendidikan kita. Apanya pada pendidikan kita yang ganjil? Yang kita temukan ialah pendidikan kita terlalu mengutamakan pembinaan aspek jasmani dan akal. Aspek kalbu kurang mendapat perhatian. Karena itu janganlah kaget bila kita memiliki lulusan sekolah yang sehat serta kuat jasmaninya, cerdas serta pandai akalnya, tetapi ia belum mampu juga menampilkan diri sebagai orang yang baik. Karena itulah maka masih banyak lulusan kita yang sanggup melakukan perbuatan tercela, tidak konstruktif dalam masyarakat. Mari kita soroti hal ini lebih jernih.
Pendidikan segi jasmani telah berjalan dengan baik.Untuk ini ada mata pelajaran Olah Raga dan mata pelajaran Kesehatan. Hasilnya ialah lulusan yang sehat serta kuat. Untuk aspek akal disediakan banyak sekali mata pelajaran. Ada mata pelajaran Logika, Matematika, Fisika, Biologi, dan lain-lain. Tetapi lihatlah, adakah usaha guru dengan sungguh-sungguh mengajarkan Fisika itu sampai siswa menyadari bahwa alam semesta ini beserta hukum-hukumnya adalah ciptaan Tuhan? Teori-teori sains hanya diajarkan teorinya saja secara apa adanya.
Sialnya, guru agama juga kebanyakan demikian. Yang mereka lakukan ialah mengajarkan agama agar siswa memiliki pengetahuan tentang agama. Hasilnya ialah siswa memiliki pengetahuan tentang agama, tentang Tuhan, tentang ibadah, tentang akhlak, dan sebagainya. Murid-murid memiliki pengetahuan tentang agama, bukan beragama. Siswa tahu bahwa Tuhan Maha Mengetahui, tetapi mereka tetap berani membohong, berani mencuri asal tidak diketahui orang. Mereka tahu hukum dan cara shalat tetapi mereka tidak shalat atau tidak rajin shalat. Mereka tahu jujur itu baik, tetapi banyak di antara siswa itu tidak jujur. Mereka tahu agama tetapi tidak beragama, mereka tahu iman tetapi mereka tidak beriman. Akhirnya pendidikan kita menghasilkan lulusan yang sehat kuat, cerdas pandai, tetapi tidak tinggi kemanusiaannya.
Kemanusiaan manusia ada di dalam hatinya. Hatinya itulah yang mengendalikan manusia. Karena itu pendidikan seharusnya mengutamakan pembinaan hati.
Supaya hati berkembang menjadi hati yang baik, hati itu harus berisi kebaikan. Tuhan adalah kebaikan tertinggi. Karena itu agar hati itu baik hati itu harus berisi Tuhan. Harusnya isi hati itu hanya Tuhan, atau Tuhan menjadi Raja di hati itu. Bila Tuhan telah bersemayam di hati dan Ia menjadi Raja di sana, maka hati itu akan baik. Orang yang beriman ialah orang yang hatinya berisi Tuhan dan Tuhan itu menjadi Raja di sana. Orang yang beriman dan bertaqwa seperti inilah sebenarnya yang dimaksud dalam rumusan tujuan pendidikan nasional (UU No.2/89 pasal 4).
Iman tidak bertempat di badan atau jasmani, tidak pula di pikiran atau akal. Iman itu di dalam hati. Berkata orang-orang Arab pegunungan, kami telah beriman; katakan (olehmu Muhammad), kalian belum beriman... karena iman belum masuk ke dalam hati kalian (al-Hujarat:14).
Rupa-rupanya, iman orang Arab pegunungan itu baru berada di lidah mereka atau di kepala mereka, belum masuk ke dalam hati mereka.
Iman itu di hati; ini dapat dipahami, karena hati adalah pusat kendali manusia, hati adalah inti sari manusia.
Bila manusia telah beriman berarti Tuhan telah berada di dalam hati orang itu, maka orang itu secara keseluruhan akan dikendalikan Tuhan. Inilah hakikat beriman yaitu tatkala manusia telah sepenuhnya dikendalikan Tuhan. Bila konsep itu telah dipahami maka tidak ada kemungkinan lain selain mengerahkan segenap usaha pendidikan untuk menanamkan iman di hati.
Bila hati telah dipenuhi iman, artinya, bila Tuhan telah bertahta di hati, maka isi hati itu hanyalah Tuhan, dengan sendirinya ingatan orang itu hanya Tuhan dan tidak pernah lepas dari ingat pada Tuhan. Orang itu mungkin saja suatu ketika memikirkan uang, kedudukan, atau lainnya, tetapi itu semua tidak pernah lepas dari Tuhan. Keadaan inilah yang disebut dikr (zikir), yang dimaksud ialah dzikrullah. Jadi, iman ialah zikir.
Zikir adalah suatu kondisi tatkala orang ingat pada Tuhan. Iman yang tinggi ialah bila selalu ingat pada Tuhan. Menjaga kondisi selalu zikir diperintahkan Tuhan seperti terlihat di dalam al-Qur`an surat Ali ‘imran ayat 191: ... yaitu orang-orang yang mengingat Allah tatkala berdiri, duduk, maupun berbaring. Berdiri, duduk, berbaring itu mengambarkan seluruh keadaan manusia.
Ayat itu menegaskan bahwa zikir itu harus terus menerus, dalam semua keadaan, baik keadaan berdiri, duduk, maupun berbaring. Dalam surat al-Jum’ah ayat 10 ditegaskan oleh Allah agar orang beriman itu zikir sebanyak-banyaknya. Di dalam surat al-Ahzab ayat 35 dikatakan: Bagi orang-orang yang zikir kepada Allah sebanyak-banyaknya akan disediakan Allah pahala yang besar. Di dalam surat al-Ahzab ayat 41 ada juga perintah agar orang mukmin zikir kepada Allah sebanyak-banyaknya.
Ayat-ayat itu memerintah kita agar ingat kepada Allah sebanyak-banyaknya. Bila banyak ingat maka diharapkan lama kelamaan kita tidak sanggup lagi terlepas dari Allah. Dan memang berbahaya bila kita sebentar saja lupa kepada Allah. Bila lupa kepada Allah sebentar saja maka setan segera menggaet kita untuk dijadikan temannya (Hadis Riwayat ).
Uraian di atas itu menjelaskan bahwa proses penanaman iman ialah proses menjadikan hati dalam kondisi dzikrullah terus menerus sebab iman yang benar ialah dzikrullah terus menerus.
Persoalan pelik ialah cara menanamkan iman di hati, agar Tuhan bertempat di situ, tidak pergi-pergi. Peliknya ialah apa bahannya, bagaimana caranya.
Untuk mencapai kondisi dzikrullah terus menerus atau iman penuh, kita harus melaksanakan kehidupan sesuai dengan petunjuk Allah. Ini merupakan rumus umum yang dapat dioperasionalkan menjadi: Jauhi dosa besar tinggalkan dosa kecil. Rumus singkat itu dapat dirinci sebagai berikut:
(1) Tobat, yaitu berhenti berbuat dosa, besar maupun kecil;
(2) Kerjakan perintah wajib;
(3) Kerjakan perintah sunnat;
(4) Selalu zikir di luar amal-amal wajib dan sunnat itu
(5) Tinggalkan syubhat.
Kehidupan seperti inilah yang sering disebut orang sebagai kehiduan shufi. Shufi ialah orang Islam yang menjalani kehidupan menurut ajaran Tashawwuf.
Mari kita lihat masalah ini lebih rinci. Pertama, shalat. Di dalam surat Thaha ayat 14 Allah memerintahkan Dirikan shalat agar kamu mengingatKu. Jadi, shalat merupakan salah satu cara dzikrullah. Shalat wajib yang lima kali itu bila dijumlahkan ternyata hanya memerlukan waktu sekitar 50 menit (10 X 5 menit). Sisa waktu sehari semalam masih ada 23 jam 10 menit. Sisa waktu sekitar 23 jam itu harus diisi dengan dzikrullah dalam bentuk kegiatan bukan shalat. Kedua, zakat. Ini hanya sekali setahun. Ketiga puasa. Ini hanya sebulan dalam setahun, sisanya masih sebelas bulan. Bila ditambah puasa sunat Senen dan Kamis toh masih ada sisa lima hari setiap minggu. Sisa itu akan diisi apa? Keempat hajji. Ini hanya sekali seumur hidup. Jadi, bila perintah wajib sudah diamalkan semua maka sisa waktu masih amat banyak. Sisa inilah yang masih harus diisi dengan kegiatan dzikrullah. Mengapa? Karena kita harus selalu dalam keadaan zikir.
Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Majah dikatakan:
Seorang laki-laki bertanya kepada rasulullah saw ya rasulallah sesungguhnya syari’at Islam sudah biasa kulaksanakan, beritahu aku sesuatu yang dapat aku bergantung padanya, rasulullah saw menjawab hendaklah lidahmu senantiasa basah oleh dzikrullah.
Hadis ini memberikan penjelasan bahwa selain ibadah-ibadah khas itu tadi, waktu lowong hendaklah diisi dengan zikir dalam bentuk menyebut-nyebut Allah. Apa yang diucapkan? Ibnu Majah melaporkan hadis nabi saw yang lain yang menyatakan bahwa ucapan dzikrullah yang paling baik ialah sebutan La ila ha Illallah
Semua ibadah khas mempunyai waktu tersendiri. Bila dibandingkan dengan sisa waktu yang tersedia itu hanya sedikit sekali. Karena itu datanglah anjuran dari Allah agar orang yang telah mulai beriman kepada Allah mengisi sisa waktu yang panjang itu dengan dzikrullah seperti yang tersebut di dalam surat al-Jum’ah ayat 10, al-Ahzab ayat 35,41. Di dalam surat al-Nisa` ayat 103 Allah memerintahkan bila selesai shalat maka zikirlah baik dalam keadaan berdiri, duduk, maupun berbaring. Jadi, di luar shalat kita harus zikir. Gunanya ialah untuk memperkuat iman yang telah ada di dalam hati tadi.
Di dalam surat al-Qaf ayat 4,39, Rum ayat 17-18, dijelaskan bahwa zikir itu boleh juga dilakukan dalam bentuk membaca tasbih (Subhanallah)
Di dalam surat al-Kahfi ayat 28, al-A’raf ayat 205, Allah mencela orang yang lalai dzikrullah. Menarik sekali hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi:
Rasulullah saw berkata, janganlah kalian banyak bicara tanpa dzikrullah sebab bicara banyak tanpa dzikrullah akan menyebabkan hati menjadi hati.
yang keras, orang yang hatinya keras itu adalah orang yang jauh dari Allah.
Perlu diketahui bahwa yang selalu berusaha supaya kita lupa dzikrullah ialah setan. Ini disebut di dalam al-Qur`an surat al-Mujadalah ayat 19:
Setan menguasai mereka, lalu setan itu menjadikan mereka orang yang lupa mengingat Allah (dzikrullah). Di dalam surat al-Ma`idah begini: Sesungguhnya setan itu bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian di anatara kalian (lantaran kalian meminum khamar dan berjudi) dan menghalangi kalian mengingat Allah.. Di dalam surat al-Munafiqun ayat
9 dikatakan bahwa harta benda dan anak-anak juga dapat menyebabkan kita lalai mengingat Allah: Hai orang-orang yang beriman janganlah harta dan anak-anakmu menyebabkan kamu lalai mengingat Allah. Tentang ini selanjutnya lihatlah al-Qur`an surat al-Hasr ayat 19, Thaha ayat 124, al-Zukhruf ayat 17, al-Jinn ayat 17, al-Mujadalah ayat 19, al-Zumar ayat 22.
Sampai di sini dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:
(1) Masalah besar dalam pendidikan kita memang banyak, yang terbesar ialah
pendidikan kita kurang berhasil dalam menanamkan iman, padahal iman
itu adalah pengendali manusia. Iman itu di dalam hati. Jasmani sehat
serta kuat ditambah dengan akal cerdas serta pandai, amat berbahaya bila
tidak dikendalikan oleh hati yang penuh oleh iman.
(2) Hati harus dibina dengan cara menanamkan iman di hati itu, cara ialah
dengan cara menempatkan Tuhan di hati itu dan mengusahakan agar hati
itu dipenuhi Tuhan. Tuhan itu kebaikan, bila Tuhan berada di hati maka
hati itu akan baik.
(3) Iman yang semurna ialah bila seseorang selalu berada dalam keadaan
dzkrullah.
(4) Dzikrullah itu dilakukan dalam bentuk pengamalan rukun Islam yang
wajib, sisa waktu diisi sepenuhnya dengan mengamalkan yang sunnat,
sisanya diisi dengan amal dalam bentuk menyebut-nyebut (nama) Allah,
dengan lidah atau pun hanya dengan hati.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

sangat setuju pak Prof....pembinaan kalbu itu yang terpenting dari ini pendidikan.